Reformasi Pengelolaan FABA (Fly Ash Bottom Ash) PLN Melalui Perbaikan Peraturan FABA di Perusahaan Listrik Negara (PT PLN)

Sisa Pembakaran Batubara di PLTU yang dikenal dengan Istilah FABA merupakan bahan campuran industri semen dan beragam pemanfaatan lainnya yang menunjang ekonomi sirkuler dan pembangunan. Pasca terbitnya PP 22 tahun 2021 yang menggolongkan FABA dari PLTU bukan sebagai Limbah B3, PLN telah berupaya melakukan berbagai inovasi namun Pemanfaatannya belum sampai tingkat optimal, salah satunya terkait regulasi internal PLN yang sudah tidak update. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan kebijakan pemanfaatan FABA di PLN dan menganalisis inovasi yang telah dilaksanakan dan yang diperlukan pada kebijakan pemanfaatan FABA sehingga diharapkan menghasilkan Pedoman perbaikan Peraturan pemanfaatan FABA di PLN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mempelajari dokumen internal PLN terkait pengelolaan FABA dan melakukan wawancara secara purposif kepada stakeholder terkait. Hasil dari penelitan menyimpulkan bahwa PLN telah berupaya melaksanakan regulasi Pengelolaan FABA ,yang dikeluarkan pemerintah namun masih terdapat hambatan regulasi baik di internal PLN maupun regulasi yang dikeluarkan kementerian terkait. Ditengah hambatan ini PLN telah berupaya melakukan berbagai inovasi sektor publik namun hal ini belum memadai tanpa dimulai dengan perbaikan Regulasi internal PLN yang meliputi pengaturan model bisnis, standar teknis kualitas, daerah/klasterisasi wilayah, skema pemanfaatan, harga dan peninjauan peraturan secara berkala. Disarankan kepada PLN melakukan kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait untuk mengantisipasi permasalahan dan kendala regulasi yang ada, PLN segera membuat rancangan perbaikan peraturan pemanfaatan FABA yang kondusif bagi inovasi dan ditetapkan sebagai acuan oleh seluruh jajaran PLN dan Khusus model bisnis dapat dilakukan dengan segera mengalihkan pengeloaan FABA dari Koperasi Karyawan Unit Induk PLN kepada PT EMI atau pihak ketiga lainnya agar pengelolaan FABA lebih optimal.